Black Heart Inertia
Monday, August 24, 2009
Incubus adalah dedengkot band rock alternative dari Amerika. Incubus dibentuk oleh Brandon Boyd, Mike Einziger, Alex Katunich, dan Jose Pasillas yang kemudian merekrut Gavin Kopell (DJ Lyfe) pada sektor turntable setelah DJ Lyfe menunjukkan sample tracknya. Grup yang namanya mengambil nama setan dalam legenda yang muncul dalam mimpi ini dibentuk di tahun 1993. Setelah mencoba membuat demo beberapa kali, akhirnya Incubus mendapat kontrak rekaman dari Immortal Records dan melepas album ENJOY INCUBUS awal 1997. 2 tahun sebelumnya Incubus pernah merilis indie album dengan judul FUNGUS AMONGUS. Album FUNGUS AMONGUS ini kemudian juga dirilis oleh major label setelah ENJOY INCUBUS.
1998, Chris Killmore bergabung untuk menggantikan posisi Gavin Kopell yang dipecat karena perbedaan kreatifitas. Mike sempat tidak berminat lagi menambah personel, namun setelah bertemu dengan Chris nampaknya ada kecocokan antar mereka. Dengan formasi ini, Incubus sempat melepas 3 album: MAKE YOURSELF, WHEN INCUBUS ATTACKS, dan MORNING VIEW sebelum akhirnya Alex Katunich mengundurkand diri dan digantikan oleh Ben Kenney pada 2003.
Incubus selama aktifnya telah merilis 8 studio album dengan album terakhirnya LIGHT GRENADES 2006 kemarin. Album ini sempat bertengger di peringkat 1 US Charts walaupun di Inggris cuma mampu berada di tangga 52. 3 album terakhir Incubus nampaknya selalu mendapat tempat terhormat di US Chart. Walaupun tidak menduduki peringkat 1, namun MORNING VIEW dan A CROW LEFT OF THE MURDER sempat berada di tangga ke 2.
Single-single Incubus macam Drive, Megalomaniac, Pardon Me, Nice to Know You, dan Anna Molly termasuk sukses dan mampu menembus 10 besar tangga lagu di Amerika Serikat. Kabarnya single Megalomaniac sempat dicekal MTV untuk penayangan siang hari karena dianggap memuat kritik pedas terhadap pemerintahan presiden Bush. Namun justru Incubus justru tidak keberatan dan malah senang lagu mereka ditayangkan MTV hanya setelah larut malam.
TAPI MENURUT GW MEREKA MENAMAI BANDNYA INCUBUS AWALNYA DARI MANA YA....????
------ PENERTIAN INCUBUS LEWAT BAHASA LATIN
1998, Chris Killmore bergabung untuk menggantikan posisi Gavin Kopell yang dipecat karena perbedaan kreatifitas. Mike sempat tidak berminat lagi menambah personel, namun setelah bertemu dengan Chris nampaknya ada kecocokan antar mereka. Dengan formasi ini, Incubus sempat melepas 3 album: MAKE YOURSELF, WHEN INCUBUS ATTACKS, dan MORNING VIEW sebelum akhirnya Alex Katunich mengundurkand diri dan digantikan oleh Ben Kenney pada 2003.
Incubus selama aktifnya telah merilis 8 studio album dengan album terakhirnya LIGHT GRENADES 2006 kemarin. Album ini sempat bertengger di peringkat 1 US Charts walaupun di Inggris cuma mampu berada di tangga 52. 3 album terakhir Incubus nampaknya selalu mendapat tempat terhormat di US Chart. Walaupun tidak menduduki peringkat 1, namun MORNING VIEW dan A CROW LEFT OF THE MURDER sempat berada di tangga ke 2.
Single-single Incubus macam Drive, Megalomaniac, Pardon Me, Nice to Know You, dan Anna Molly termasuk sukses dan mampu menembus 10 besar tangga lagu di Amerika Serikat. Kabarnya single Megalomaniac sempat dicekal MTV untuk penayangan siang hari karena dianggap memuat kritik pedas terhadap pemerintahan presiden Bush. Namun justru Incubus justru tidak keberatan dan malah senang lagu mereka ditayangkan MTV hanya setelah larut malam.
TAPI MENURUT GW MEREKA MENAMAI BANDNYA INCUBUS AWALNYA DARI MANA YA....????
------ PENERTIAN INCUBUS LEWAT BAHASA LATIN
JAVA
Monday, August 24, 2009Paradigma: OOP
Muncul Tahun: 1990-an
Didesign oleh: Sun Microsystems
Disiplin mengetik: kuat, statis
Implementasi besar: banyak
Terpengaruh oleh: Objective-C, C++, Smalltalk, Eiffel
Mempengaruhi: C#, D, J#, PHP
Java adalah bahasa pemrograman yang dapat dijalankan di berbagai komputer termasuk telepon genggam. Dikembangkan oleh Sun Microsystems dan diterbitkan tahun 1995.
SEJARAH PERKEMBANGAN JAVA
Bahasa pemrograman Java pertama lahir dari The Green Project, yang berjalan selama 18 bulan, dari awal tahun 1991 hingga musim panas 1992. Proyek tersebut belum menggunakan versi yang dinamakan Oak. Proyek ini dimotori oleh Patrick Naughton, Mike Sheridan, James Gosling dan Bill Joy, beserta sembilan pemrogram lainnya dari Sun Microsystems. Salah satu hasil proyek ini adalah maskot Duke yang dibuat oleh Joe Palrang.
Pertemuan proyek berlangsung di sebuah gedung perkantoran Sand Hill Road di Menlo Park. Sekitar musim panas 1992 proyek ini ditutup dengan menghasilkan sebuah program Java Oak pertama, yang ditujukan sebagai pengendali sebuah peralatan dengan teknologi layar sentuh (touch screen), seperti pada PDA sekarang ini. Teknologi baru ini dinamai "*7" (Star Seven).
Setelah era Star Seven selesai, sebuah anak perusahaan TV kabel tertarik ditambah beberapa orang dari proyek The Green Project. Mereka memusatkan kegiatannya pada sebuah ruangan kantor di 100 Hamilton Avenue, Palo Alto.
Perusahaan baru ini bertambah maju: jumlah karyawan meningkat dalam waktu singkat dari 13 menjadi 70 orang. Pada rentang waktu ini juga ditetapkan pemakaian Internet sebagai medium yang menjembatani kerja dan ide di antara mereka. Pada awal tahun 1990-an, Internet masih merupakan rintisan, yang dipakai hanya di kalangan akademisi dan militer.
Mereka menjadikan perambah (browser) Mosaic sebagai landasan awal untuk membuat perambah Java pertama yang dinamai Web Runner, terinsipirasi dari film 1980-an, Blade Runner. Pada perkembangan rilis pertama, Web Runner berganti nama menjadi Hot Java.
Pada sekitar bulan Maret 1995, untuk pertama kali kode sumber Java versi 1.0a2 dibuka. Kesuksesan mereka diikuti dengan untuk pemberitaan pertama kali pada surat kabar San Jose Mercury News pada tanggal 23 Mei 1995.
Sayang terjadi perpecahan di antara mereka suatu hari pada pukul 04.00 di sebuah ruangan hotel Sheraton Palace. Tiga dari pimpinan utama proyek, Eric Schmidt dan George Paolini dari Sun Microsystems bersama Marc Andreessen, membentuk Netscape.
Nama Oak, diambil dari pohon oak yang tumbuh di depan jendela ruangan kerja "bapak java", James Gosling. Nama Oak ini tidak dipakai untuk versi release Java karena sebuah perangkat lunak sudah terdaftar dengan merek dagang tersebut, sehingga diambil nama penggantinya menjadi "Java". Nama ini diambil dari kopi murni yang digiling langsung dari biji (kopi tubruk) kesukaan Gosling.
VERSI AWAL
Versi awal Java ditahun 1996 sudah merupakan versi release sehingga dinamakan Java Versi 1.0. Java versi ini menyertakan banyak paket standar awal yang terus dikembangkan pada versi selanjutnya:
java.lang: Peruntukan kelas elemen-elemen dasar.
java.io: Peruntukan kelas input dan output, termasuk penggunaan berkas.
java.util: Peruntukan kelas pelengkap seperti kelas struktur data dan kelas kelas penanggalan.
java.net: Peruntukan kelas TCP/IP, yang memungkinkan berkomunikasi dengan komputer lain menggunakan jaringan TCP/IP.
java.awt: Kelas dasar untuk aplikasi antarmuka dengan pengguna (GUI)
java.applet: Kelas dasar aplikasi antar muka untuk diterapkan pada penjelajah web
KELEBIHAN
Multiplatform. Kelebihan utama dari Java ialah dapat dijalankan di beberapa platform / sistem operasi komputer, sesuai dengan prinsip tulis sekali, jalankan di mana saja. Dengan kelebihan ini pemrogram cukup menulis sebuah program Java dan dikompilasi (diubah, dari bahasa yang dimengerti manusia menjadi bahasa mesin / bytecode) sekali lalu hasilnya dapat dijalankan di atas beberapa platform tanpa perubahan. Kelebihan ini memungkinkan sebuah program berbasis java dikerjakan diatas operating system Linux tetapi dijalankan dengan baik di atas Microsoft Windows. Platform yang didukung sampai saat ini adalah Microsoft Windows, Linux, Mac OS dan Sun Solaris. Penyebanya adalah setiap sistem operasi menggunakan programnya sendiri-sendiri (yang dapat diunduh dari situs Java) untuk meninterpretasikan bytecode tersebut.
OOP (Object Oriented Programming - Pemrogram Berorientasi Objek) yang artinya semua aspek yang terdapat di Java adalah Objek. Java merupakan salah satu bahasa pemrograman berbasis objek secara murni. Semua tipe data diturunkan dari kelas dasar yang disebut Object. Hal ini sangat memudahkan pemrogram untuk mendesain, membuat, mengembangkan dan mengalokasi kesalahan sebuah program dengan basis Java secara cepat, tepat, mudah dan terorganisir. Kelebihan ini menjadikan Java sebagai salah satu bahasa pemograman termudah, bahkan untuk fungsi fungsi yang advance seperti komunikasi antara komputer sekalipun.
Perpustakaan Kelas Yang Lengkap, Java terkenal dengan kelengkapan library/perpustakaan (kumpulan program program yang disertakan dalam pemrograman java) yang sangat memudahkan dalam penggunaan oleh para pemrogram untuk membangun aplikasinya. Kelengkapan perpustakaan ini ditambah dengan keberadaan komunitas Java yang besar yang terus menerus membuat perpustakaan-perpustakaan baru untuk melingkupi seluruh kebutuhan pembangunan aplikasi.
Bergaya C++, memiliki sintaks seperti bahasa pemrograman [C++] sehingga menarik banyak pemrogram C++ untuk pindah ke Java. Saat ini pengguna Java sangat banyak, sebagian besar adalah pemrogram C++ yang pindah ke Java. Universitas-universitas di Amerika juga mulai berpindah dengan mengajarkan Java kepada murid-murid yang baru karena lebih mudah dipahami oleh murid dan dapat berguna juga bagi mereka yang bukan mengambil jurusan komputer.
Pengumpulan sampah otomatis, memiliki fasilitas pengaturan penggunaan memori sehingga para pemrogram tidak perlu melakukan pengaturan memori secara langsung (seperti halnya dalam bahasa C++ yang dipakai secara luas).
KEKURANGAN
Tulis sekali, perbaiki di mana saja - Masih ada beberapa hal yang tidak kompatibel antara platform satu dengan platform lain. Untuk J2SE, misalnya SWT-AWT bridge yang sampai sekarang tidak berfungsi pada Mac OS X.
Mudah didekompilasi. Dekompilasi adalah proses membalikkan dari kode jadi menjadi kode sumber. Ini dimungkinkan karena koe jadi Java merupakan bytecode yang menyimpan banyak atribut bahasa tingkat tinggi, seperti nama-nama kelas, metode, dan tipe data. Hal yang sama juga terjadi pada Microsoft .NET Platform. Dengan demikian, algoritma yang digunakan program akan lebih sulit disembunyikan dan mudah dibajak/direverse-engineer.
Penggunaan memori yang banyak. Penggunaan memori untuk program berbasis Java jauh lebih besar daripada bahasa tingkat tinggi generasi sebelumnya seperti C/C++ dan Pascal (lebih spesifik lagi, Delphi dan Object Pascal). Biasanya ini bukan merupakan masalah bagi pihak yang menggunakan teknologi terbaru (karena trend memori terpasang makin murah), tetapi menjadi masalah bagi mereka yang masih harus berkutat dengan mesin komputer berumur lebih dari 4 tahun.
Contoh program GILANG MAULANA yang ditulis menggunakan bahasa pemrograman Java adalah sebagai berikut:
Public class GILANG MAULANA
{
public static void main(String[] args)
{
System.out.println("GILANG MAULANA");
}
}
{ Marque }
Sunday, August 23, 2009
Text berjalan atau istilah tenarnya " Marque ", ialah suatu program dengan menggunakan HTML code sehingga menghasilkan sebuah teks / tulisan yang bisa bergerak atau berjalan. Kebanyakan dari para bloger menggunakan marque, karna disamping untuk menghemat tempat pada halaman blog, marque juga sangat dinamis dan menarik untuk dilihat.
Marquee ini bisa di buat dengan menggunakan tag .
Atribut yang sering di gunakan adalah :
BGCOLOR="warna" --> Untuk mengatur warna background (latar belakang) teks
DIRECTION="left/right/up/down" --> Mengatur arah gerakan teks
BEHAVIOR="scroll/slide/alternate" --> Untuk mengatur perilaku gerakan
Scroll --> teks bergerak berputar
Slide--> teks bergerak sekali lalu berhenti
Alternate --> teks bergerak dari kiri kekanan lalu balik lagi ( bolak-balik bo)
TITLE='pesan" --> Pesan akan muncul saat mouse berada di atas teks
SCROLLMOUNT="angka" --> mengatur kecepatan gerakan dalam pixel, semakin besar angka semajin cepat gerakannya.
SCROLLDELAY="angka" --> Untuk mengatur waktu tunda gerakan dalam mili detik
LOOP="angka|-1|infinite" --> Mengatur jumlah loop
WIDTH="lebar" --> Mengatur lebar blok teks dalam pixel atau persen
Agar lebih jelas akan saya sertakan contohnya :
Contoh marquee dari gerakan :
hasilnya :
marquee dari kanan ke kiri
ganti kata "left" dengan keinginan anda yaitu bisa : left, up, down .
Contoh marquee dari perilaku gerakan :
marquee menurut perilaku
Contoh marquee dengan variasi hurup dan warna latar belakang :
hasilnya :
marquee dengan variasi hurup
Ada variasi lain dari marquee ini, yakni ketika mouse sedang berada di area marquee teks akan berhenti dan ketika mouse di geser kembali ketempat lain maka teks akan bergerak kembali, ini hanya di tambahkan sedikit program pada kolom marquee.
Contoh, silahkan arahkan mouse anda ke area marquee di bawah ini :
hasilnya :
silahkan tunjuk ke sini
Contoh marquee yang di dalam nya terdapat link :
hasilnya : Free Template
.........., Selamat Mencoba ya { For Us }
Marquee ini bisa di buat dengan menggunakan tag .
Atribut yang sering di gunakan adalah :
BGCOLOR="warna" --> Untuk mengatur warna background (latar belakang) teks
DIRECTION="left/right/up/down" --> Mengatur arah gerakan teks
BEHAVIOR="scroll/slide/alternate" --> Untuk mengatur perilaku gerakan
Scroll --> teks bergerak berputar
Slide--> teks bergerak sekali lalu berhenti
Alternate --> teks bergerak dari kiri kekanan lalu balik lagi ( bolak-balik bo)
TITLE='pesan" --> Pesan akan muncul saat mouse berada di atas teks
SCROLLMOUNT="angka" --> mengatur kecepatan gerakan dalam pixel, semakin besar angka semajin cepat gerakannya.
SCROLLDELAY="angka" --> Untuk mengatur waktu tunda gerakan dalam mili detik
LOOP="angka|-1|infinite" --> Mengatur jumlah loop
WIDTH="lebar" --> Mengatur lebar blok teks dalam pixel atau persen
Agar lebih jelas akan saya sertakan contohnya :
Contoh marquee dari gerakan :
hasilnya :
marquee dari kanan ke kiri
ganti kata "left" dengan keinginan anda yaitu bisa : left, up, down .
Contoh marquee dari perilaku gerakan :
marquee menurut perilaku
Contoh marquee dengan variasi hurup dan warna latar belakang :
<FONT FACE="georgia" color="White">
hasilnya :
marquee dengan variasi hurup
Ada variasi lain dari marquee ini, yakni ketika mouse sedang berada di area marquee teks akan berhenti dan ketika mouse di geser kembali ketempat lain maka teks akan bergerak kembali, ini hanya di tambahkan sedikit program pada kolom marquee.
Contoh, silahkan arahkan mouse anda ke area marquee di bawah ini :
hasilnya :
silahkan tunjuk ke sini
Contoh marquee yang di dalam nya terdapat link :
hasilnya : Free Template
.........., Selamat Mencoba ya { For Us }
As I Lay Dying
Sunday, August 23, 2009AS I LAY DYING
--------------
Tim Lambesis: Vocals
Phil Sgrosso: Guitar
Nick Hipa: Guitar
Jordan Mancino: Drums
Josh Gilbert : Bass
The members of AS I LAY DYING are the kind of musicians that refuse to be measured solely by their most recent accomplishments. The new album, An Ocean Between Us, is evidence of this fact, proving once again that these guys are not afraid to push the limits of their sound and always keep things moving. The music grabs you by the throat and doesn’t let go until the album’s finish. Building upon the foundation that AILD has laid over the past several years, growing from a small San Diego outfit slowly and deliberately into a priority national act, the band has become Metal Blade Records’ biggest sellers with an extremely devoted following. AS I LAY DYING has the goods to take it all the way and stake their claim as the metal band “ you need to know about” in 2007 and beyond.
A brief history lesson: AILD’s Metal Blade debut, 2003’s Frail Words Collapse, effectively introduced this indie band to the world on the strength of the catchy but brutal songs, “94 Hours” and “Forever.” The album went on to be a label best-seller, surpassing 210,000 units sold. The follow up, Shadows Are Security, further spotlighted AILD as one of most influential bands to break out of the underground metal scene. Their high-profile, marathon tour cycle found the band as one of the featured attractions on the Ozzfest 2005 side stage, then as part of the second annual Taste Of Chaos trek in winter 2006 along with Deftones and Thrice, culminating in the headlining slot on the 2006 Sounds Of The Underground tour in front of 3000-5000 people per night. Shadows has sold nearly 275,000 records to date as word of the album and the band’s electrifying live show continues to spread through their ever growing fan base, fans that simply put are in it for the long haul.
Now, with An Ocean Between Us, the stakes have been raised, the ante upped. “It may have been comfortable for us to write a similar sounding record,” admits vocalist and founding member Tim Lambesis. “The basic elements of AS I LAY DYING are there, but on the whole, we took certain songs in a new direction. We can’t always do what’s comfortable or just do more of what our fans expect. We wanted to have more depth.” To achieve the desired depth, the band wrote and recorded as though their very lives depended on it. Lambesis says, “Everything was performed more spot-on than any of our previous records. The biggest focus was the songwriting. It’s more dynamic than previous records, and that helped the production sound bigger because there are ups and downs.” The band recruited noted producer (friend and Killswitch Engage guitarist) Adam Dutkiewicz to man the boards. Colin Richardson’s mixing skills also helped create the album’s bigger, fuller, crisper, and more dynamic sound. On An Ocean Between Us, driving melodic choruses are set to a backdrop of breakdowns, the kind that ignite moshpits to the apex of fury. Richardson named the record among his favorite, telling fans “It is brilliant, people! Amazing songs all over the place. It's a truly special album and Jordan [Mancino] has to be one the THE best drummers in metal. Seriously. It was a real honor to mix this album."
Musically, the core four –Lambesis, drummer and fellow founding member Jordan Mancino, guitarists Nick Hipa and Phil Sgrosso- wrote the album, and recruited bassist Josh Gilbert to record and fill the vacant bass position. Lambesis admits that on this album, the foursome where able to commingle all of their strengths. “From the start of this band Jordan and I were always the solid two members. Together we wrote a majority of the songs and were very passionate about every decision the band made. While we always expected that same passion from other band members, we didn’t always receive it. It wasn’t until Phil and Nick joined the band that we were finally able to find the other solid two.” Lambesis also feels the band played to everyone’s strengths when writing, making the process natural. He says, “We were conscious about focusing in on things. Like if we wanted Phil’s guitar melody style to be the showcase of the song. Or if we wanted to go towards the darker, thrashier songwriting style, we’d focus on that. We focused on separate strengths, so songs came out drastically different and it sounds more diverse.” Another musical step occurred on the song “Nothing Left.” Lambesis says the song was a step forward for him personally, because when demoing the song, he had to sing the clean background vocals to get a feel for how he wanted it to go, not because he particularly wanted to sing that part. He says, “It was my first time singing a chorus, and it’s now one of my favorite choruses, and not because I sing it, but because it has a unique feel.”
While Shadows Are Security was a concept record, Lambesis admits that An Ocean Between Us is more lyrically diverse, something that he did with purpose. “I tried to write about whatever was on my mind,” the singer reveals. “I did not have a certain conceptual direction, but because I tend to focus on certain topics, the album has a bit of a theme,” he reveals. “The title is about the separation we need to have between the expectations of the rest of the world and what our goals are. There are dreams we’re taught are normal, whether it’s money or success or any of those things, but we shouldn’t believe in those things if they are not important to us. There is an ocean between our real lives and what is expected of us.”
One thing that can’t be denied is the devotion and loyalty that AILD constantly receive from their fans. In fact, every time that AILD is up for some award that is voted on by the public, AILD’s fan’s never disappoint. The band has taken home the San Diego Music Award’s 2006 Artist of the Year (beating out Jason Mraz and Switchfoot) as well as being voted 2006’s Metal Gods by MTV2. One of the reasons that fans have latched on to AILD so passionately and fervently is that the band always has something thoughtful and positive to say while still playing a combustible, aggressive style of music. Instead of dwelling on what’s wrong with the world, they’re more interested in putting a positive spin on the obstacles that life throws your way. “For a long time in the metal scene, the lyrics weren’t easy for fans to relate to, on a personal level,” Lambesis says. “If you’ were angry, you listened to metal, but there was no positive advice or lyrics that inspired you to overcome struggles. That didn’t exist until more recently. We’d like to think that we’re a band that many younger people can relate to.”
With a fanbase that continues to grow exponentially, AILD plan to focus on what they know best, hitting the road. With a tour schedule that includes the US, Canada, Europe, Japan and Australia, they know that there are always new fans that haven’t been exposed to the music. “We’ll keep pushing forward,” Lambesis says. “There is always a chance for us to do more, even with more people that don’t necessarily listen to metal.” Thanks to their keen sense of melody that allows their songs to continually take up real estate in your brain, AILD is confident about winning over these new fans. Without question An Ocean Between Us is the right record to capture their attention.
Lambesis has always seen AS I LAY DYING as a metal band that still has a great deal of punk and hardcore influence in both their music and ethics, something that also draws different people to the band. “I’ve always appreciated how punk music has such a strong sense of melody, but with really fast beats,” Lambesis says. “Those melodies and tempos can also be found in our songs...just don’t let the double bass fool you. Also a large part of our melody comes from the guitars (as opposed to the vocals), something we have become known for. And beyond the music, I’ve always felt like we come from a punk and hardcore ethic as well, something that is embedded in the way we approach our music careers. As a band, being passionate about what we do and having meaning behind our music, that’s what we’re about. It’s not just mindless, mass marketed pop music. For me personally, within the band, and within my life, I want to stand up for what I believe in. That’s more important than the success or the popularity that comes from being in a band.”
With An Ocean Between Us, AS I LAY DYING are definitely on to something special. And with a touring schedule that would make the circus jealous, you can rest assured that AS I LAY DYING will be leaving an even bigger mark in 2007 and beyond.
Desain Grafis
Sunday, August 23, 2009Desain grafisadalah suatu bentuk komunikasi visual yang menggunakan gambar untuk menyampaikan informasi atau pesan seefektif mungkin. Dalam desain grafis, teks juga dianggap gambar karena merupakan hasil abstraksi simbol-simbol yang bisa dibunyikan. Desain grafis diterapkan dalam desain komunikasi dan fine art. Seperti jenis desain lainnya, desain grafis dapat merujuk kepada proses pembuatan, metoda merancang, produk yang dihasilkan (rancangan), atau pun disiplin ilmu yang digunakan (desain).
Seni desain grafis mencakup kemampuan kognitif dan keterampilan visual, termasuk di dalamnya tipografi, ilustrasi, fotografi, pengolahan gambar, dan tata letak.
Desain grafis pada awalnya diterapkan untuk media-media statis, seperti buku, majalah, dan brosur. Sebagai tambahan, sejalan dengan perkembangan zaman, desain grafis juga diterapkan dalam media elektronik, yang sering kali disebut sebagai desain interaktif atau desain multimedia.
Batas dimensi pun telah berubah seiring perkembangan pemikiran tentang desain. Desain grafis bisa diterapkan menjadi sebuah desain lingkungan yang mencakup pengolahan ruang.
Unsur dalam desain grafis sama seperti unsur dasar dalam disiplin desain lainnya. Unsur-unsur tersebut (termasuk shape, bentuk (form), tekstur, garis, ruang, dan warna) membentuk prinsip-prinsip dasar desain visual. Prinsip-prinsip tersebut, seperti keseimbangan (balance), ritme (rhythm), tekanan (emphasis), proporsi ("proportion") dan kesatuan (unity), kemudian membentuk aspek struktural komposisi yang lebih luas
Peralatan yang digunakan oleh desainer grafis adalah ide, akal, mata, tangan, alat gambar tangan, dan komputer. Sebuah konsep atau ide biasanya tidak dianggap sebagai sebuah desain sebelum direalisasikan atau dinyatakan dalam bentuk visual.
Pada pertengahan 1980, kedatangan desktop publishing serta pengenalan sejumlah aplikasi perangkat lunak grafis memperkenalkan satu generasi desainer pada manipulasi image dengan komputer dan penciptaan image 3D yang sebelumnya adalah merupakan kerja yang susah payah. Desain grafis dengan komputer memungkinkan perancang untuk melihat hasil dari tata letak atau perubahan tipografi dengan seketika tanpa menggunakan tinta atau pena, atau untuk mensimulasikan efek dari media tradisional tanpa perlu menuntut banyak ruang.
Seorang perancang grafis menggunakan sketsa untuk mengeksplorasi ide-ide yang kompleks secara cepat, dan selanjutnya ia memiliki kebebasan untuk memilih alat untuk menyelesaikannya, dengan tangan atau komputer.
DAFTAR SOFTWARE DESIGN GRAFIS....
----------------------------------- fOR uS
DESKTOP PUBLISHING
1. Adobe Photoshop
2. Adobe Illustrator
3. Adobe Indesign
4. Coreldraw
5. GIMP
6. Inkscape
7. Adobe Freehand
8. Adobe image ready
9. CorelDraw
WEBDESIGN
1. Macromedia Dreamweaver
2. Microsoft Frontpage
3. Notepad
4. Adobe Photoshop
AUDIOVISUAL
1. Adobe After Effect
2. Adobe Premier
3. Final Cut
4. Adobe Flash, atau sebelumnya Macromedia Flash
RENDERING 3 Dimensi
1. 3D StudioMax
2. Maya
3. AutoCad
4. Google SketchUp
5. Blender
B U N D A {Sebuah Cerpen}
Wednesday, August 12, 2009
Suara lenkingan roda kereta yang bergesekan dengan relnya memenuhi suasana siang di stasiun Gambir. Aku duduk di samping jendela pada salah satu gerbang. Terdengar suaara ketukan dari luar jedela tempatku duduk. Tapi,suara ketukan itu nggak membuatku menoleh!! Biarlah, aku sedang ingin bergelut dengan perasaan yang berkecamuk di dalam dada.
Lalu, ketukan itu semakin keras…
”Mas, ada yang manggil tuh,” ujar lelaki yang duduk di depanku sambil menunjuk ke arah jendela.
”biarin aja,” ujarku pelan sambil mengulas senyum kecil.
Aku hanya menoleh sedikit. Kulihat kakaku memintaku turun dari kereta. Tapi, aku udah memeantapkan diri untuk mengabaikannya! Untung kereta segera berangkat. Kalo nggak, tetntu bang doni akn naik ke kereta dan menyeretku turun dengan cara yang seperti biasa: agak kasar.
Suara lengkingan roda kereta yang bergesakan dengan relnya semakin kencang. Kereta pun bergerak semakin kencang. Kutolehkan kepalaku sakali lagi keluar jendela sekedar ingin melihat ekspresi muka Bang Doni. Terilihat jelas emosi yang menguasainya saat itu. Antara kaget bercampur kesal dengan sikap yang ku ambil.
Kereta belum terlalu jauh dari stasiun ketika ponselku berbunyi, tanda ada SMS yang masuk. Daribang doni!!!
"nggak seharusnya kamu melakukan hal itu!"
pikiranku kembali mundur ke beberapa jam yang lalu.
”Udah dong,bunda! Nggak usah nyuruh aku bawa macem-macem lagi. Disana juga banyak barang kok! Gilang nggak bohong!” ujarku pada Bunda.
”Tapi Bunda tau kamu gak punya guling di sana,” jawab Bunda.
”nggak ada guling juga nggak apa-apa. Kalu orang cape mah bisa tidur dimana aja tanpa perlu mikir bantal, guling......,” aku mencoba berargumen.
Nggak mempan! Bunda tetap aja menjejalkan guling ke carrier-ku.
”Salah kamu sih pengen kos! Emang kenapa seh kamu gak mau tinggal di rumah Tante Dewi aja?” tanya Bang Doni di depan pinu kamarku. Pasti seneng benget ngeliat aku beradu argumen dengan Bunda.
”Suka-suka dong! Ikut campur aja!”
semburku,sengit.
”lagian tempat kosku lebih deket ke sekolah. Jadi gak makan ongkos!” lanjutku sambil mencoba menarik keluar guling dari carrier. Mumpung bunda lagi keluar dari kamarku.
Bang Doni nggak menanggapi kata-kataku. Matanya memandang ke arah dapur. Sebuah senyum geli tiba-tiba menghiasi mukanya. Aku jadi penasaran! Ada ap ya?
Akhirnya, lima menit kemudian arti senyum Bang Doni aku ketahui. Bunda masuk lagi kedalam kamarku. Bunda membawa.........SETENGAH LUSIN PIRING, MANGKOK, SENDOK...... Aaaakh!!!
”Bawa ini. Biar kalo teman-teman gilang mapir ke kos nggak perlu bingung-bingung nyari wadah makanan,” bilang bunda, santai.
”Tapi Bunda.....”
”NGGAK ADA TAPI-TAPIAN! BAWA AJA!!!”
nada suara Bunda meninggi.
”Aduuuuh.... Bunda! Nggak usah deh.... Naik kereta Jakarta-Bandungtuh jalanya goyang-goyang melulu. Nanati kalo pada pecah di tengah jalan, gimana?” aku tetap harus menolak.
Abis , masak aku harus bawa barang-barang nggak penting kaya gini?! Baju, perlengkapan mandi, dan buku-buku aja udah bikin carrier-ku hampir gak bisa di tututp. Belum kue titipan untuk Tante Dewi, septu sekolah baru pemberian Bang Doni....
Lagi pula, bantal, guling, selimut, seprai, piring, gelas, dan sendok, udah tersedia lengkap di kosan yang akan kutinggali. Kalo pake acara tambahan dari rumah, buat apa? Meski bunda berkali-kali biang, ”suatu saat pasti itu ada gunanya,”, aku merasa buang-buang waktu dan tenaga membawanya ke Bandung. Aku nggak mau!
Muka Bunda terlihat muram. Tapi, aku berusa gak perduli. Tekadku udah bulat. Aku mau lepas dari bunda!
Ya, umurku memang masih 17 tahun. Di kelas baru yang akanku tempati di Bandung pun aku tergolong yang palingmuda. Di tempat kos yang akan kutinggali begitu juga. Aku adalah anak kos yang paling muda.
Fuiiiiiih! Aku memang selalu jadi anak bawang dimana saja. Di rumah, di sekolah.... Dan, aku benci akan hal itu! So, kalo kali ini aku tetap menuruti kata-kata bunda untuk membawa semua perlengkapan yang telah disiapkannya,kapan lagi aku punya waktu untuk membuktikan bahwa aku bisa mandiri?!
”Udahl, Bunda. Biarin aja! Biar si Gilang tau kalu di terlalu cepat 100 tahun utuk mencoba lepas dari dekapan bundanya tercinta,” Bang Doni angkat bicara.
Entah apa maksudnya. Menyindirku atau memanas-manasi Bunda?
”Hus! Jangan bilang begitu, Doni.... Bagus kalu gilang mau mandiri,” tetap membelaku. Tangannya masih aja cari celah-celah kosong di carrier-ku untuk menjejali piring, mangkok, dan sendok
”Rasain lo! Hehehehehe....,” tawa kemenangan ku pecah.
”Mending aku mau mandiri. Dari pada Bang Doni, udah gede masih aja deket-deket Bunda!”
”SIALAAAN!!! Gue masih diam dirumah ini karena kasian sama Bunda! Udah tua masih aja ngebiayain sekolah lo! Makanya punya inisiatif buat nyari duit sendiri dong, biar ga nyusain bunda terus!” seperti biasa amarah Bang Doni gampang tersulut.
Aku mencoba diam. Nggak mau bikin keributan dengan Bang Doni tambah parah. Pusinglah.... Jadi lebih banyak pikiran nanti! Lha, ini aja mikirin Bunda belum....
Hah? Kemana lagi Bunda? Apalagi nih yang di ambilnya?
Aku bergegas mengeluarkan piring, mangkok, dan sendok yang udah berhasil Bunda masukan dalam carrier. Buru-buru aku menutup carrier-ku sebelum Bunda datang membawa barang -barang yang lain.
Barang-barang yang lain? Yap. Dugaan ku gak meleset! Bunda udah nongol lagi di pintu kamarku sambil membawa lap meja, tempat bumbu lengkap dengan isinya, cairan pencuci piring, deterjen, dll. Tapi saat dia melihat piring , mangkok, dan sendok yang tadi udah dimasukannya udah aku keluarkan lagi.,secepat kilat dia membalikan badan. ’Duh, Bunda ngambek kali ya?
Ah, cuek! Sekarang mending aku ngurus soal perduitan yang mau dibawa!
Tiba-tiba....
”Gilang,” suara Bunda terdengar dari balik punggunggu.
Aku menoleh, sekarang Bunda menenteng tas kecil yang biasanya selalu dibawanya kalo berkunjung ke rumah Tante Dewi.
”Apa itu, Bunda?” tanyaku heran
”Didalam tas ini Bunda sudah siapin piring, mangkok, sendok, lap meja, tempat bumbu lengkap dengan isisnya, cairan pencuci piring, deterjen, dan lain-lain. Sabun sama odol untuk persiapan sebulan juga udah ada.” Bunda menerangkan sambil menyerahkan tas itu padaku.
”Hahahahaha.... Hahahaha....,” gantian Bang Doni tertawa penuh dengan kemenangan.
Cukup!!! Aku buru-buru menyambar jaket dan carrier-ku. Aku mrnyrnggol tubuh bunda yang ringkih. Bang Doni menyingkir. Mukanya menyiratkan sejuta tanda tanya. Bunda mengikuti ku dari belakang. Sebelum melangkah keluar rumah, aku balikan badan dan menatap tajam ke arah Bunda.
”JANGAN PIKIR GILANG MAU BAWA SEMUA ITU!!! GILANG BUKAN ANAK KECIL LAGI!!! GILANG BENCI BUNDA!!!”
”Gilang....” nada suara Bunda terdengar sedih dan kecewa.
”Bodohkah aku?” pertanyaan ini selalu terngiang di telingaku dari rumah menuju Bandung yang penuh adegan ketegangan tempo hari.
Seperti ada chemistry, di saat aku sedang merenungkan kejadian itu, mendadak sebuah SMS masuk.
< Bunda nggak tau mau gilang apa. Tapi Bundanggak bisa tidur mikirin gilang sedang benci Bunda>
Akh! Nggaaak.... aku nggak benci Bunda! Aku Cuma mau dianggap bisa mengurs diri sendiri. Aku mau mandiri!
Malam harinya Bang doni menelponku.
“Abang heran, kamu yang anak emas Bunda kok tega-teganya bikin bunda sedih begitu?!” sembur Bang Doni.
”Abis....,” aku mencoba mencari kata-kata untuk membela diri.
”Abis apa? ABIS APA, HEH?” suara Bang Doni Meninggi.
”Abang tau kamu bisa mengurus diri sendiri. Abang tau kamu udah gede. Tapi segede apapun sekarang, kamu tetap anak Bunda!! Cuma kita berdua yang Bunda punya. Hubungan ibu dan anak itu nggak mungkin ada kata putus! Beda antara ayah dengan Bunda yang bisa....,” suara Bang Doni tiba-tiba tercekat. Seketika dia menghntikan ceramahnya. Ada nada menyesal dalam kalimat selanjutnya.
”Pokoknya Abang nggak mau tau. Besok kamu harus udah baikan sama Bunda. Titik!” terikanya sebelum mematikan telponnya.
Rasa menyesal kini gantian menyusupi hatiku. Saat Bang Doni mematikan telponnya, jempol tangan kanan ku langsung gatel. Pengen banget rasanya menelpon Bunda. Tapi, gengsiku lebih besar. Kuurungkan niat itu, menungguhingga menelpon duluan yang menghubungiku.
Seminggu berlalu sejak percakapan dengan Bang Doni di telepon. Seminggu pula aku menahan diri untuk tidak menelpon Bunda duluan. Artinya, seminggu pula aku mengabaikan permintan Bang Doni. Sampe suatu pagi sebelum aku berangkat sekolah, Bang Doni mengirim sebuah SMS.
(cepet pulang kerumah! Jatung Bunda kumat lagi!
Namun pikiranku malah melayang. Aku nggak percaya! Pasti ini akal-akalan Bang Doni agar aku mau menemui Bunda dan meminta maaf. Aku cuek....
Siangnya sepulang sekolah, Bang Doni menelpon.
“kamu ada dimana? Emang naik apa sih? Naik bus ya? Emang macet gitu jalannya? Jam segini kok belum nyampe?! Bunda bilang pengen ketemu kamu,” serentetan kata keluar dari mulutnya Bang Doni.
Aku sedikit terhenyak. Tapi, rasa ragu masih terus menggelayuti....
Setelah lama menimbang-nimbang, akhirnya aku putuskan menuruti kata-kata Banag Doni: pulang ke Jakarta menemui Bunda. Kucoba menghubungi telepon rumah Tante Dewi untuk memberitahukan kabar Bunda sakit. Sayang, nggak ada yang angkat!
Aku berangkat ke Jakarta nai bus. Entah kenapa sepanjang perjalan aku tertawa geli. Aku membayangkan yang pura-pura sakit, tertawa melihat ekspresi kukaku yang khawatir.
Senyum geli itu terus mengikuti sampe di terminal bis Kampung Rambutan. Turun dari bus, aku memberhentikan taxi. Baru kuhempas pantat ini di bangku belakang taxi yang ku tumpangi, ponselku berbunyi. Tante Dewi?! Kuangkat. Tapi, belum lagi aku berkata, ”Hallo!”, suara isak Tante Dewi udah terdengar.
”Gilang nggak usah kerunah sakit. Langsung kerumah aja. Masih di Kampung Rambutan kan? Lebih cepat ke rumah jalannya. Kak Mira dimandikan di rumah kok,” bialng Tante Dewi pelan.
”DIMANDIKAN??? DI RUMAH???” aku teriak.
Aku langsung mengerti arti kata-kata Tante Dewi. Pikiranku sontak kosong selama beberapa detik. Kemudian, air mata mengalir begitu deras tanpa bisa kutahan. Namun, nggak ada suara isak yang keluar dari mulutku. Sebab, aku terlalu sibuk memikirkan hal yang lebih penting dai pada sekedar terisak. Ya. Sampe akhir hayatnya Bundamasih berpikir aku membencinya.
Lalu, ketukan itu semakin keras…
”Mas, ada yang manggil tuh,” ujar lelaki yang duduk di depanku sambil menunjuk ke arah jendela.
”biarin aja,” ujarku pelan sambil mengulas senyum kecil.
Aku hanya menoleh sedikit. Kulihat kakaku memintaku turun dari kereta. Tapi, aku udah memeantapkan diri untuk mengabaikannya! Untung kereta segera berangkat. Kalo nggak, tetntu bang doni akn naik ke kereta dan menyeretku turun dengan cara yang seperti biasa: agak kasar.
Suara lengkingan roda kereta yang bergesakan dengan relnya semakin kencang. Kereta pun bergerak semakin kencang. Kutolehkan kepalaku sakali lagi keluar jendela sekedar ingin melihat ekspresi muka Bang Doni. Terilihat jelas emosi yang menguasainya saat itu. Antara kaget bercampur kesal dengan sikap yang ku ambil.
Kereta belum terlalu jauh dari stasiun ketika ponselku berbunyi, tanda ada SMS yang masuk. Daribang doni!!!
"nggak seharusnya kamu melakukan hal itu!"
pikiranku kembali mundur ke beberapa jam yang lalu.
”Udah dong,bunda! Nggak usah nyuruh aku bawa macem-macem lagi. Disana juga banyak barang kok! Gilang nggak bohong!” ujarku pada Bunda.
”Tapi Bunda tau kamu gak punya guling di sana,” jawab Bunda.
”nggak ada guling juga nggak apa-apa. Kalu orang cape mah bisa tidur dimana aja tanpa perlu mikir bantal, guling......,” aku mencoba berargumen.
Nggak mempan! Bunda tetap aja menjejalkan guling ke carrier-ku.
”Salah kamu sih pengen kos! Emang kenapa seh kamu gak mau tinggal di rumah Tante Dewi aja?” tanya Bang Doni di depan pinu kamarku. Pasti seneng benget ngeliat aku beradu argumen dengan Bunda.
”Suka-suka dong! Ikut campur aja!”
semburku,sengit.
”lagian tempat kosku lebih deket ke sekolah. Jadi gak makan ongkos!” lanjutku sambil mencoba menarik keluar guling dari carrier. Mumpung bunda lagi keluar dari kamarku.
Bang Doni nggak menanggapi kata-kataku. Matanya memandang ke arah dapur. Sebuah senyum geli tiba-tiba menghiasi mukanya. Aku jadi penasaran! Ada ap ya?
Akhirnya, lima menit kemudian arti senyum Bang Doni aku ketahui. Bunda masuk lagi kedalam kamarku. Bunda membawa.........SETENGAH LUSIN PIRING, MANGKOK, SENDOK...... Aaaakh!!!
”Bawa ini. Biar kalo teman-teman gilang mapir ke kos nggak perlu bingung-bingung nyari wadah makanan,” bilang bunda, santai.
”Tapi Bunda.....”
”NGGAK ADA TAPI-TAPIAN! BAWA AJA!!!”
nada suara Bunda meninggi.
”Aduuuuh.... Bunda! Nggak usah deh.... Naik kereta Jakarta-Bandungtuh jalanya goyang-goyang melulu. Nanati kalo pada pecah di tengah jalan, gimana?” aku tetap harus menolak.
Abis , masak aku harus bawa barang-barang nggak penting kaya gini?! Baju, perlengkapan mandi, dan buku-buku aja udah bikin carrier-ku hampir gak bisa di tututp. Belum kue titipan untuk Tante Dewi, septu sekolah baru pemberian Bang Doni....
Lagi pula, bantal, guling, selimut, seprai, piring, gelas, dan sendok, udah tersedia lengkap di kosan yang akan kutinggali. Kalo pake acara tambahan dari rumah, buat apa? Meski bunda berkali-kali biang, ”suatu saat pasti itu ada gunanya,”, aku merasa buang-buang waktu dan tenaga membawanya ke Bandung. Aku nggak mau!
Muka Bunda terlihat muram. Tapi, aku berusa gak perduli. Tekadku udah bulat. Aku mau lepas dari bunda!
Ya, umurku memang masih 17 tahun. Di kelas baru yang akanku tempati di Bandung pun aku tergolong yang palingmuda. Di tempat kos yang akan kutinggali begitu juga. Aku adalah anak kos yang paling muda.
Fuiiiiiih! Aku memang selalu jadi anak bawang dimana saja. Di rumah, di sekolah.... Dan, aku benci akan hal itu! So, kalo kali ini aku tetap menuruti kata-kata bunda untuk membawa semua perlengkapan yang telah disiapkannya,kapan lagi aku punya waktu untuk membuktikan bahwa aku bisa mandiri?!
”Udahl, Bunda. Biarin aja! Biar si Gilang tau kalu di terlalu cepat 100 tahun utuk mencoba lepas dari dekapan bundanya tercinta,” Bang Doni angkat bicara.
Entah apa maksudnya. Menyindirku atau memanas-manasi Bunda?
”Hus! Jangan bilang begitu, Doni.... Bagus kalu gilang mau mandiri,” tetap membelaku. Tangannya masih aja cari celah-celah kosong di carrier-ku untuk menjejali piring, mangkok, dan sendok
”Rasain lo! Hehehehehe....,” tawa kemenangan ku pecah.
”Mending aku mau mandiri. Dari pada Bang Doni, udah gede masih aja deket-deket Bunda!”
”SIALAAAN!!! Gue masih diam dirumah ini karena kasian sama Bunda! Udah tua masih aja ngebiayain sekolah lo! Makanya punya inisiatif buat nyari duit sendiri dong, biar ga nyusain bunda terus!” seperti biasa amarah Bang Doni gampang tersulut.
Aku mencoba diam. Nggak mau bikin keributan dengan Bang Doni tambah parah. Pusinglah.... Jadi lebih banyak pikiran nanti! Lha, ini aja mikirin Bunda belum....
Hah? Kemana lagi Bunda? Apalagi nih yang di ambilnya?
Aku bergegas mengeluarkan piring, mangkok, dan sendok yang udah berhasil Bunda masukan dalam carrier. Buru-buru aku menutup carrier-ku sebelum Bunda datang membawa barang -barang yang lain.
Barang-barang yang lain? Yap. Dugaan ku gak meleset! Bunda udah nongol lagi di pintu kamarku sambil membawa lap meja, tempat bumbu lengkap dengan isinya, cairan pencuci piring, deterjen, dll. Tapi saat dia melihat piring , mangkok, dan sendok yang tadi udah dimasukannya udah aku keluarkan lagi.,secepat kilat dia membalikan badan. ’Duh, Bunda ngambek kali ya?
Ah, cuek! Sekarang mending aku ngurus soal perduitan yang mau dibawa!
Tiba-tiba....
”Gilang,” suara Bunda terdengar dari balik punggunggu.
Aku menoleh, sekarang Bunda menenteng tas kecil yang biasanya selalu dibawanya kalo berkunjung ke rumah Tante Dewi.
”Apa itu, Bunda?” tanyaku heran
”Didalam tas ini Bunda sudah siapin piring, mangkok, sendok, lap meja, tempat bumbu lengkap dengan isisnya, cairan pencuci piring, deterjen, dan lain-lain. Sabun sama odol untuk persiapan sebulan juga udah ada.” Bunda menerangkan sambil menyerahkan tas itu padaku.
”Hahahahaha.... Hahahaha....,” gantian Bang Doni tertawa penuh dengan kemenangan.
Cukup!!! Aku buru-buru menyambar jaket dan carrier-ku. Aku mrnyrnggol tubuh bunda yang ringkih. Bang Doni menyingkir. Mukanya menyiratkan sejuta tanda tanya. Bunda mengikuti ku dari belakang. Sebelum melangkah keluar rumah, aku balikan badan dan menatap tajam ke arah Bunda.
”JANGAN PIKIR GILANG MAU BAWA SEMUA ITU!!! GILANG BUKAN ANAK KECIL LAGI!!! GILANG BENCI BUNDA!!!”
”Gilang....” nada suara Bunda terdengar sedih dan kecewa.
”Bodohkah aku?” pertanyaan ini selalu terngiang di telingaku dari rumah menuju Bandung yang penuh adegan ketegangan tempo hari.
Seperti ada chemistry, di saat aku sedang merenungkan kejadian itu, mendadak sebuah SMS masuk.
< Bunda nggak tau mau gilang apa. Tapi Bundanggak bisa tidur mikirin gilang sedang benci Bunda>
Akh! Nggaaak.... aku nggak benci Bunda! Aku Cuma mau dianggap bisa mengurs diri sendiri. Aku mau mandiri!
Malam harinya Bang doni menelponku.
“Abang heran, kamu yang anak emas Bunda kok tega-teganya bikin bunda sedih begitu?!” sembur Bang Doni.
”Abis....,” aku mencoba mencari kata-kata untuk membela diri.
”Abis apa? ABIS APA, HEH?” suara Bang Doni Meninggi.
”Abang tau kamu bisa mengurus diri sendiri. Abang tau kamu udah gede. Tapi segede apapun sekarang, kamu tetap anak Bunda!! Cuma kita berdua yang Bunda punya. Hubungan ibu dan anak itu nggak mungkin ada kata putus! Beda antara ayah dengan Bunda yang bisa....,” suara Bang Doni tiba-tiba tercekat. Seketika dia menghntikan ceramahnya. Ada nada menyesal dalam kalimat selanjutnya.
”Pokoknya Abang nggak mau tau. Besok kamu harus udah baikan sama Bunda. Titik!” terikanya sebelum mematikan telponnya.
Rasa menyesal kini gantian menyusupi hatiku. Saat Bang Doni mematikan telponnya, jempol tangan kanan ku langsung gatel. Pengen banget rasanya menelpon Bunda. Tapi, gengsiku lebih besar. Kuurungkan niat itu, menungguhingga menelpon duluan yang menghubungiku.
Seminggu berlalu sejak percakapan dengan Bang Doni di telepon. Seminggu pula aku menahan diri untuk tidak menelpon Bunda duluan. Artinya, seminggu pula aku mengabaikan permintan Bang Doni. Sampe suatu pagi sebelum aku berangkat sekolah, Bang Doni mengirim sebuah SMS.
(cepet pulang kerumah! Jatung Bunda kumat lagi!
Namun pikiranku malah melayang. Aku nggak percaya! Pasti ini akal-akalan Bang Doni agar aku mau menemui Bunda dan meminta maaf. Aku cuek....
Siangnya sepulang sekolah, Bang Doni menelpon.
“kamu ada dimana? Emang naik apa sih? Naik bus ya? Emang macet gitu jalannya? Jam segini kok belum nyampe?! Bunda bilang pengen ketemu kamu,” serentetan kata keluar dari mulutnya Bang Doni.
Aku sedikit terhenyak. Tapi, rasa ragu masih terus menggelayuti....
Setelah lama menimbang-nimbang, akhirnya aku putuskan menuruti kata-kata Banag Doni: pulang ke Jakarta menemui Bunda. Kucoba menghubungi telepon rumah Tante Dewi untuk memberitahukan kabar Bunda sakit. Sayang, nggak ada yang angkat!
Aku berangkat ke Jakarta nai bus. Entah kenapa sepanjang perjalan aku tertawa geli. Aku membayangkan yang pura-pura sakit, tertawa melihat ekspresi kukaku yang khawatir.
Senyum geli itu terus mengikuti sampe di terminal bis Kampung Rambutan. Turun dari bus, aku memberhentikan taxi. Baru kuhempas pantat ini di bangku belakang taxi yang ku tumpangi, ponselku berbunyi. Tante Dewi?! Kuangkat. Tapi, belum lagi aku berkata, ”Hallo!”, suara isak Tante Dewi udah terdengar.
”Gilang nggak usah kerunah sakit. Langsung kerumah aja. Masih di Kampung Rambutan kan? Lebih cepat ke rumah jalannya. Kak Mira dimandikan di rumah kok,” bialng Tante Dewi pelan.
”DIMANDIKAN??? DI RUMAH???” aku teriak.
Aku langsung mengerti arti kata-kata Tante Dewi. Pikiranku sontak kosong selama beberapa detik. Kemudian, air mata mengalir begitu deras tanpa bisa kutahan. Namun, nggak ada suara isak yang keluar dari mulutku. Sebab, aku terlalu sibuk memikirkan hal yang lebih penting dai pada sekedar terisak. Ya. Sampe akhir hayatnya Bundamasih berpikir aku membencinya.