Umh... Pertama-tama gw perkenalkan dulu sahabat gw, Bayu Firman namanya. Dia adalah salah satu teman kampus gw, tapi sudah lama dia tidak meneruskan kuliahnya di kampus yg sama dengan gw.
Perjalanan ini terjadi tanpa perencanaan sedikitpun, hal ini bermula saat gw menerima telpon dari Malki.
Hari senin, 28 september 2009, kurang/lebih jam 6 pagi henpon gw berdering, membangunkan gw dari tidur. Dilayar henpon butut itu tertera bahwa yg menelpon adalah Malki.
Kring...kriiing...krrriiiiingggg....
Gw : Halooo.. *dengan nada suara baru bangun tidur*
Malki : Tadi Bayu telpon lu kgak?
Gw : Enggak tuh.. emang kenapa gitu? *dengan nada suara masih ngantuk*
Malki : Bokapnya meninggal tadi pagi jam setengah 3.
Gw : Innalillahi wainna illaihi rajiun... *langsung gak ngantuk lagi*
Malki : mau ngelayat gak lu? gw udah telpon si Thea, Ery, & Alfian, naik mobilnya si Alfian, terus dia mau kita berangkatnya pagi-pagi.
Gw : mau banget sih.. tapi lagi gak ada uang euy.. kemaren sore gw baru pulang dari bandung, cekak nih.
Malki : gw jg lagi gak ada uang cuy.. yaudahlah yg penting kita dateng aja dulu kesana buat ngelayat.
Gw : Ok deh.. kabarin gw aja lagi nanti ya!
Malki : iya...
Dan percakapanpun berakhir dengan ditutupnya telpon dari Malki. Gw pun langsung mandi & bersiap-siap untuk berangkat menuju sumedang, tapi sampai jam 9 belum ada kabar dari Malki.
Lalu sekitar jam setengah 10 Malki kembali menelpon gw.
Malki : kita naik kereta aja cuy.. mobil si Alfian lagi dibengkel.
Gw : Umh.. kira-kira mahal gak ya? gw bener-bener lagi cekak nih.
Malki : paling juga 15.000, jadi ikut gak lu?
Gw : jadi *dengan nada yg tegas*
Malki : yaudah berangkat sekarang kita ketemuan di depan palem.
Gw : Ok..
Dan gw pun menelpon si Ery untuk bisa bareng ke depan palem untuk berkumpul disana, sesampainya disana Ery langsung menitipkan motornya ditempat penitipan motor yg sudah tersedia disana.
Lalu 30 menit kemudian datanglah Malki & Anwar, dan tidak lama setelah itu datanglah Alfian.
Setelah semua berkumpul, kamipun mencoba mengajak teman-tema lainnya yg mungkin bisa ikut melayat ke sumedang, satu persatu teman-teman lainnya ditelpon, tapi tidak ada satupun yg bisa ikut pergi. Dan akhirnya kami pun memutuskan untuk langsung berangkat menuju stasiun kereta Senen.
Sesampainya disana kami mencari informasi tentang kereta tujuan Cirebon, kenapa ke Cirebon?
Karena rumah Bayu di Sumedang ujung dekat Kadipaten,jadi diambillah keputusan itu, dengan analogi jika kami naik kereta jurusan Bandung maka kami harus menempuh jarak yg lebih jauh jika dibandingkan kalau kami turun di stasiun Cirebon. Kami pun melihat dijadwal keberangkatan kereta kelas ekonomi tujuan Cirebon ada pada jam 3 sore, dan dibelilah tiket sebanyak 5 buah.
Dan kejadian bodohpun terjadi, ternyata dijadwal lainnya ada jadwal keberangkatan kereta kelas ekonomi tujuan Cirebon jam 12:50.
Malki pun bertanya "Gimana kalau kita beli tiket yg jam 12:50 aja?"
Anwar menjawab "Yaudah beli yg udah mau berangkat aja!"
Kami pun membeli kembali tiket kereta, karena kebodohan ini uang gw udah habis sebelum sampai tujuan. Kami langsung mengumpulkan sisa-sisa uang yg ada didompet maupun disaku masing-masing, dan didapat jumlahnya adalah kurang dari 150.000, padahal uang itu sudah dikumpulkan dari 5 orang lho.. hahahaha
Di stasiun Senen kami menunggu kedatangan kerera Gaya Baru dengan tujuan Cirebon, kami menunggu.. dan terus menunggu.. ternyata kereta yg dijadwalkan akan berangkat dari stasiun Senen jam 12:50, rangkaian kereta baru datang ke statisun Senen sekitar jam 3 sore. Inilah yg terjadi di negeri tercinta ini, keterlambatan itu hal yg biasa, sungguh hal yg sangat aneh menurut gw. Atau mungkin karena kereta yg akan kami tumpangi merupakan kelas ekonomi maka kereta tersebut akan berhenti hampir disetiap stasiun yg ada.
Tapi berungtungnya kami, karena isi kereta sangat mata sepi. Kami pun berada dalam satu gerbong yg sama tapi dengan tempat duduk yg berbeda, sepertinya gerbonng ini memang dikhususkan hanya untuk kami berlima.. hehehe
Didalam perjalanan kami pun merasakan perut yg kelaparan karena belum diisi dari pagi, namun dengan sangat terbatasnya uang yg kami miliki, kami hanya bisa melamun memikirkan makanan yg mungkin bisa menghilangkan rasa lapar.
Didalam kereta ada bapak penjual makanan & minuman, dia tidak berhenti bolak-balik menawarkan nasi goreng, kopi, & teh manis. Sepertinya si bapak tau kalau kami memang lapar, tapi apa daya uang hanya cukup untuk transport ke Sumedang.
Sekitar jam 9 malam kami pun tiba di stasiun Cirebon, ketika keluar dari stasiun kami disambut oleh banyak tukang becak & sopir angkot. Dari stasiun kami menuju terminal Cirebon untuk melanjutkan perjalanan ke Sumedang dengan naik angkot, dan sesampainya di terminal kami cukup terkejut dengan sang sopir yg minta bayaran cukup mahal, 5.000 untuk satu orangnya. Padahal uang yg tersisan hanya tinggal 100.000, dan itu pun kami belum mengisi perut yg kosong dari pagi. Tak lama kemudian datang seseorang yg mawarkan tiket bus tujuan Bandung, tapi bisa turun di Sumedang. Tapi kami sangat terkejut ketika dia menyebutkan bahwa tarif dari terminal Cirebon ke Sumedang itu harganya 55.000 untu satu orangnya, kami pun langsung meninggalkan orang itu, karena kami tau dia adalah Calo, tapi yg anehnya dia malah bilang begini "Hati-hati banyak calo disini, jangan sampe dibohongi Calo".
Sungguh aneh.. seperti maling teriak maling. Setelah kami pergi meninggalkan calo tersebut, kami pun langsung mencari WARTEG untuk mengisi perut, kami membatasi jumlah uang untuk makan hanya 25.000 untuk berlima. Dan kami berlima makan dengan menu yg sama, dengan hanya minum air putih yg diberi es. Meskipun begitu, itu sudah cukup untuk mengisi perut, kami pun kembali mencari bus tujuan Sumedang. Dan. akhirnya ada juga, meskipun dengan tarif 20.000 setiap orangnya, padahal uang kami hanya tinggal 50.000. Alhamdulillah... Malki masih punya uang 50.000 didompetnya, kami pun bergegas untuk naik bus tersebut.
Sesampainya di Sumedang kurang/lebih jam 22:30, Bayu sudah menunggu kami di depan gang rumahnya. Dia sudah menunggu kedatangan kami dari sore hari, Bayu pun meminta teman-temannya untuk mengantarkan kami dengan motor. Tapi ternyata Bayu mengajak kami untuk menginap di sebuah villa di Cipanas Sukawarna *kalau gak salah? lupa gw*, padahal tujuan kami datang ke sana adalah untuk ikut berduka cita atas meninggalnya ayahanda dari Bayu.
Bayu pun mengajak kami untuk berendam di kolam air hangat yg ada didalam komplek villa tersebut.
Ah.. rasanya rasa lelah sudah tidak ada lagi ketika gw berendam di kolam yg dihiasi sinar bulan & bintang-bitang yg ada dilangit yg cerah, tidak seperti di Jakarta bintangpun tidak terlihat, karena tingkat polusi yg tinggi. Setelah berendam di kolam air hangat, Bayu mengajak kami ke alun-alun Kota Sumedang. Jam 1 malam kami pun pergi menuju alun-alun Kota Sumedang dengan mengendarai motor, dalam perjalanan rasa dingin amat menusuk tubuh yg sudah lelah. Sesampainya di alun-alun kami hanya melihat-lihat sebentar karea sudah lelah dalam perjalanan menuju Sumedang, saat kami sedang duduk-duduk dipnggiran jalan, ada seorang bapak yg menanyakan alamat. Dia baru aja turun dari bus, dan si bapak pun bilang kalau itu pertama kalinya dia datang ke Sumedang, dia tidak tau harus kemana.
bayu pun mengajak si bapak tersebut untuk mencari alamat yg dituju, kebetulan alamatnya searah dengan kami. Ternyata dibalik sikap Bayu yg cuek ada sikap peduli yg begitu tulus untuk menolong orang lain yg sedang dalam kesulitan meskipun dirinya memang masih berduka.
Jam 2:30 malam kami sampai di villa tempat kami akan menginap, sesampainya disana gw, Ery, Malki, Anwar, & Bayu langsung tidur.
Paginya kurang/lebih jam 9 gw dibangunin sama Ery, memang si Ery ngajak pulang pagi-pagi karena dia mau pergi lagi ke Sukabumi bersama keluarganya. Setelah beres-beres kami meninggalkan villa menuju warung kopi terdekat untuk sarapan & minum kopi *maklum kurang tidur*.
Setalah jam 11 siang kami pun berpamitan dengan Bayu, sesampainya di stasiun Cirebon ternyata kereta kelas ekonomi hanya ada di stasiun Prujakan Cirebon *stasiun kecil di Cirebon* dengan sangat amat terbatasnya uang yg ada, kami pun memutuskan berjalan kaki menuju stasiun Prujakan.
Ah.. rasanya malas sekali berjalan kaki berkilometer jauhnya di siang hari, tapi yaa... tidak ada pilihan lain agar kami bisa pulang.
Setelah berjalan kaki cukup jauh, kami sampai di stasiun Prujakan. Disana setelah Malki & Anwar bertanya-tanya kepada petugas stasiun ternyata kereta kelas ekonomi hanya ada pada jam 11 malam, sedangkan kereta Cirebon Ekspres dengan kelas bisnis akan berangkat jam 3 & jam 5 sore.
Tapi uang kami tidak cukup untuk membeli tiket kereta kelas bisnis tersebut, Malki memutuskan "kita nunggu sampe jam 11 aja! abis mau gimana lagi? uangnya aja kurang."
Umh.. kalau memang kami naik kereta kelas ekonomi dengan jadwal keberangkatan jam 11 malam dari stasiun Prujakan maka kami akan sampai di stasiun Senen sekitar jam 3 pagi, itu juga kalau kereta tidak telat, ya namanya juga kelas ekonomi pasti telat karena harus berhenti hampir setiap stasiun untuk mendahulukan kereta-kereta kelas bisnis ataupun kelas eksekutif untuk lewat.
Dengan uang yg hanya tinggal sedikit kami pun mencari WARTEG untuk mengisi perut yg lapar, dan alhamdulillah ada seorang ibu yg baik, kami diperbolehkan makan dengan biaya 3.000 perorangnya.
itu juga setelah Malki & Anwar cerita sama si ibu yg punya warung nasi kalau kami kehabisan uang.
Bu.. semoga Allah membalas semua kebaikan ibu tehadap kami semua.. Amin..
Kami kembali ke statisun Prujakan, Ery masih berpikir untuk mencari no telpon temannya yg ada di Cirebon. Henpon Ery, Malki, Alfian, & Anwar sudah lowbatt semua, tapi henpon gw masih ada cukup batterainya untuk menelpon ataupun sms.
Ery pun meminjam henpon gw untuk menghubungi temannya dengan tujuan temannya dapat meminjamkan uang agar kami bisa pulang dengan naik kereta yg berangkat jam 5 sore.
Dan alhamdulillah... ada satu orang baik lagi yg menolong kami, temannya Ery yg bernama Andri pun datang ke stasiun Prujakan untuk mengantarkan subsidi kepada kami semua.. hehehehe..
Namun, di stasiun Prujakan kereta Cirebon Ekspres tidak berhenti untuk menaikkan penumpangnya, kami pun harus kembali lagi ke stasiun Cirebon. Sesampainya disana, kami langsung menuju loket pembelian tiket kereta Cirebon Ekspres dengan tujuan stasiun Gambir Jakarta.
Tidak lama kemudian kereta pun datang, tapi baru berangkat kurang/lebih jam 17:30. Tapi tak apalah, daripada kami harus menunggu 9 jam di stasiun Prujakan untuk meunggu kereta kelas ekonomi datang.
Dalam perjalanan semuanya tidur pulas.. meskipun perut sudah mulai lapar.. hehehehe
Selasa 29 september 2009, jam 10 malam. Akhirnya kami sampai di stasiun Gambir, tak lama kemudian henpon gw berdering, ternyata Thea yg menelpon, tak basa-basi kami pun langsung meminta kami untuk mejemput kami di stasiun Gambir, karena kami sudha kehabisan uang untuk bisa sampai Tangerang. Untung aja Thea menelpon disaat yg sangat tepat, dan akhirnya kami pun bisa pulang ke rumah masing-masing.
Ada tawa, ada canda, dan ada duka dalam perjalanan yg kami tempuh, semuanya begitu berwarna.
Ada pengalaman & hikmah yg bisa gw ambil dari perjalanan gw bersama Ery Firman Sanjaya, Malki Jaehanto, Alfian Ali, & Anwar Ilmar.
Gw bener-bener mendapatkan pengalaman yg sangat amat berharga dalam perjalanan tersebut, gw harus bisa menghargai uang, karena mencari uang tidak mudah dibutuhkan usaha & pikiran, tapi untuk menghamburkannya sangat mudah. Uang Rp. 3.000 untuk orang-orang kaya mungkin tidak ada harganya, tetapi uang sebesar itu bisa melanjutkan hidup bagi orang-orang yg kurang mampu, bisa untuk membeli makanan yg bisa menyambung hidup.
Dalam perjalanan yg gw jalani ini hikmah yg bisa gw ambil bukan hanya uang yg berharga dan kita harus bisa menghargai uang, tapi ada yg lebih berharga dari hanya sekedar uang, yaitu PERSAHABATAN dan KEKELUARGAAN. Dimana semua hal itu tidak bisa dibeli dengan uang, dan pengalaman ini gak akan bisa gw lupakan.
Terima kasih para sahabat, udah mau bersusah payah bersama, & menggembel bersama, gw bener-bener ngerasa'in bagaimana jadi orang susah, dimana kita memang gak boleh nyerah pada keadaan
( Tentang Teman'Q Yang Selalu Belajar Dalam Dunia Fhotograpy-nya. Terima Kasih "Adit/Chodot UIEU Ekonom 06". DO THE BEST BROTHA )
Hari senin, 28 september 2009, kurang/lebih jam 6 pagi henpon gw berdering, membangunkan gw dari tidur. Dilayar henpon butut itu tertera bahwa yg menelpon adalah Malki.
Kring...kriiing...krrriiiiingggg....
Gw : Halooo.. *dengan nada suara baru bangun tidur*
Malki : Tadi Bayu telpon lu kgak?
Gw : Enggak tuh.. emang kenapa gitu? *dengan nada suara masih ngantuk*
Malki : Bokapnya meninggal tadi pagi jam setengah 3.
Gw : Innalillahi wainna illaihi rajiun... *langsung gak ngantuk lagi*
Malki : mau ngelayat gak lu? gw udah telpon si Thea, Ery, & Alfian, naik mobilnya si Alfian, terus dia mau kita berangkatnya pagi-pagi.
Gw : mau banget sih.. tapi lagi gak ada uang euy.. kemaren sore gw baru pulang dari bandung, cekak nih.
Malki : gw jg lagi gak ada uang cuy.. yaudahlah yg penting kita dateng aja dulu kesana buat ngelayat.
Gw : Ok deh.. kabarin gw aja lagi nanti ya!
Malki : iya...
Dan percakapanpun berakhir dengan ditutupnya telpon dari Malki. Gw pun langsung mandi & bersiap-siap untuk berangkat menuju sumedang, tapi sampai jam 9 belum ada kabar dari Malki.
Lalu sekitar jam setengah 10 Malki kembali menelpon gw.
Malki : kita naik kereta aja cuy.. mobil si Alfian lagi dibengkel.
Gw : Umh.. kira-kira mahal gak ya? gw bener-bener lagi cekak nih.
Malki : paling juga 15.000, jadi ikut gak lu?
Gw : jadi *dengan nada yg tegas*
Malki : yaudah berangkat sekarang kita ketemuan di depan palem.
Gw : Ok..
Dan gw pun menelpon si Ery untuk bisa bareng ke depan palem untuk berkumpul disana, sesampainya disana Ery langsung menitipkan motornya ditempat penitipan motor yg sudah tersedia disana.
Lalu 30 menit kemudian datanglah Malki & Anwar, dan tidak lama setelah itu datanglah Alfian.
Setelah semua berkumpul, kamipun mencoba mengajak teman-tema lainnya yg mungkin bisa ikut melayat ke sumedang, satu persatu teman-teman lainnya ditelpon, tapi tidak ada satupun yg bisa ikut pergi. Dan akhirnya kami pun memutuskan untuk langsung berangkat menuju stasiun kereta Senen.
Sesampainya disana kami mencari informasi tentang kereta tujuan Cirebon, kenapa ke Cirebon?
Karena rumah Bayu di Sumedang ujung dekat Kadipaten,jadi diambillah keputusan itu, dengan analogi jika kami naik kereta jurusan Bandung maka kami harus menempuh jarak yg lebih jauh jika dibandingkan kalau kami turun di stasiun Cirebon. Kami pun melihat dijadwal keberangkatan kereta kelas ekonomi tujuan Cirebon ada pada jam 3 sore, dan dibelilah tiket sebanyak 5 buah.
Dan kejadian bodohpun terjadi, ternyata dijadwal lainnya ada jadwal keberangkatan kereta kelas ekonomi tujuan Cirebon jam 12:50.
Malki pun bertanya "Gimana kalau kita beli tiket yg jam 12:50 aja?"
Anwar menjawab "Yaudah beli yg udah mau berangkat aja!"
Kami pun membeli kembali tiket kereta, karena kebodohan ini uang gw udah habis sebelum sampai tujuan. Kami langsung mengumpulkan sisa-sisa uang yg ada didompet maupun disaku masing-masing, dan didapat jumlahnya adalah kurang dari 150.000, padahal uang itu sudah dikumpulkan dari 5 orang lho.. hahahaha
Di stasiun Senen kami menunggu kedatangan kerera Gaya Baru dengan tujuan Cirebon, kami menunggu.. dan terus menunggu.. ternyata kereta yg dijadwalkan akan berangkat dari stasiun Senen jam 12:50, rangkaian kereta baru datang ke statisun Senen sekitar jam 3 sore. Inilah yg terjadi di negeri tercinta ini, keterlambatan itu hal yg biasa, sungguh hal yg sangat aneh menurut gw. Atau mungkin karena kereta yg akan kami tumpangi merupakan kelas ekonomi maka kereta tersebut akan berhenti hampir disetiap stasiun yg ada.
Tapi berungtungnya kami, karena isi kereta sangat mata sepi. Kami pun berada dalam satu gerbong yg sama tapi dengan tempat duduk yg berbeda, sepertinya gerbonng ini memang dikhususkan hanya untuk kami berlima.. hehehe
Didalam perjalanan kami pun merasakan perut yg kelaparan karena belum diisi dari pagi, namun dengan sangat terbatasnya uang yg kami miliki, kami hanya bisa melamun memikirkan makanan yg mungkin bisa menghilangkan rasa lapar.
Didalam kereta ada bapak penjual makanan & minuman, dia tidak berhenti bolak-balik menawarkan nasi goreng, kopi, & teh manis. Sepertinya si bapak tau kalau kami memang lapar, tapi apa daya uang hanya cukup untuk transport ke Sumedang.
Sekitar jam 9 malam kami pun tiba di stasiun Cirebon, ketika keluar dari stasiun kami disambut oleh banyak tukang becak & sopir angkot. Dari stasiun kami menuju terminal Cirebon untuk melanjutkan perjalanan ke Sumedang dengan naik angkot, dan sesampainya di terminal kami cukup terkejut dengan sang sopir yg minta bayaran cukup mahal, 5.000 untuk satu orangnya. Padahal uang yg tersisan hanya tinggal 100.000, dan itu pun kami belum mengisi perut yg kosong dari pagi. Tak lama kemudian datang seseorang yg mawarkan tiket bus tujuan Bandung, tapi bisa turun di Sumedang. Tapi kami sangat terkejut ketika dia menyebutkan bahwa tarif dari terminal Cirebon ke Sumedang itu harganya 55.000 untu satu orangnya, kami pun langsung meninggalkan orang itu, karena kami tau dia adalah Calo, tapi yg anehnya dia malah bilang begini "Hati-hati banyak calo disini, jangan sampe dibohongi Calo".
Sungguh aneh.. seperti maling teriak maling. Setelah kami pergi meninggalkan calo tersebut, kami pun langsung mencari WARTEG untuk mengisi perut, kami membatasi jumlah uang untuk makan hanya 25.000 untuk berlima. Dan kami berlima makan dengan menu yg sama, dengan hanya minum air putih yg diberi es. Meskipun begitu, itu sudah cukup untuk mengisi perut, kami pun kembali mencari bus tujuan Sumedang. Dan. akhirnya ada juga, meskipun dengan tarif 20.000 setiap orangnya, padahal uang kami hanya tinggal 50.000. Alhamdulillah... Malki masih punya uang 50.000 didompetnya, kami pun bergegas untuk naik bus tersebut.
Sesampainya di Sumedang kurang/lebih jam 22:30, Bayu sudah menunggu kami di depan gang rumahnya. Dia sudah menunggu kedatangan kami dari sore hari, Bayu pun meminta teman-temannya untuk mengantarkan kami dengan motor. Tapi ternyata Bayu mengajak kami untuk menginap di sebuah villa di Cipanas Sukawarna *kalau gak salah? lupa gw*, padahal tujuan kami datang ke sana adalah untuk ikut berduka cita atas meninggalnya ayahanda dari Bayu.
Bayu pun mengajak kami untuk berendam di kolam air hangat yg ada didalam komplek villa tersebut.
Ah.. rasanya rasa lelah sudah tidak ada lagi ketika gw berendam di kolam yg dihiasi sinar bulan & bintang-bitang yg ada dilangit yg cerah, tidak seperti di Jakarta bintangpun tidak terlihat, karena tingkat polusi yg tinggi. Setelah berendam di kolam air hangat, Bayu mengajak kami ke alun-alun Kota Sumedang. Jam 1 malam kami pun pergi menuju alun-alun Kota Sumedang dengan mengendarai motor, dalam perjalanan rasa dingin amat menusuk tubuh yg sudah lelah. Sesampainya di alun-alun kami hanya melihat-lihat sebentar karea sudah lelah dalam perjalanan menuju Sumedang, saat kami sedang duduk-duduk dipnggiran jalan, ada seorang bapak yg menanyakan alamat. Dia baru aja turun dari bus, dan si bapak pun bilang kalau itu pertama kalinya dia datang ke Sumedang, dia tidak tau harus kemana.
bayu pun mengajak si bapak tersebut untuk mencari alamat yg dituju, kebetulan alamatnya searah dengan kami. Ternyata dibalik sikap Bayu yg cuek ada sikap peduli yg begitu tulus untuk menolong orang lain yg sedang dalam kesulitan meskipun dirinya memang masih berduka.
Jam 2:30 malam kami sampai di villa tempat kami akan menginap, sesampainya disana gw, Ery, Malki, Anwar, & Bayu langsung tidur.
Paginya kurang/lebih jam 9 gw dibangunin sama Ery, memang si Ery ngajak pulang pagi-pagi karena dia mau pergi lagi ke Sukabumi bersama keluarganya. Setelah beres-beres kami meninggalkan villa menuju warung kopi terdekat untuk sarapan & minum kopi *maklum kurang tidur*.
Setalah jam 11 siang kami pun berpamitan dengan Bayu, sesampainya di stasiun Cirebon ternyata kereta kelas ekonomi hanya ada di stasiun Prujakan Cirebon *stasiun kecil di Cirebon* dengan sangat amat terbatasnya uang yg ada, kami pun memutuskan berjalan kaki menuju stasiun Prujakan.
Ah.. rasanya malas sekali berjalan kaki berkilometer jauhnya di siang hari, tapi yaa... tidak ada pilihan lain agar kami bisa pulang.
Setelah berjalan kaki cukup jauh, kami sampai di stasiun Prujakan. Disana setelah Malki & Anwar bertanya-tanya kepada petugas stasiun ternyata kereta kelas ekonomi hanya ada pada jam 11 malam, sedangkan kereta Cirebon Ekspres dengan kelas bisnis akan berangkat jam 3 & jam 5 sore.
Tapi uang kami tidak cukup untuk membeli tiket kereta kelas bisnis tersebut, Malki memutuskan "kita nunggu sampe jam 11 aja! abis mau gimana lagi? uangnya aja kurang."
Umh.. kalau memang kami naik kereta kelas ekonomi dengan jadwal keberangkatan jam 11 malam dari stasiun Prujakan maka kami akan sampai di stasiun Senen sekitar jam 3 pagi, itu juga kalau kereta tidak telat, ya namanya juga kelas ekonomi pasti telat karena harus berhenti hampir setiap stasiun untuk mendahulukan kereta-kereta kelas bisnis ataupun kelas eksekutif untuk lewat.
Dengan uang yg hanya tinggal sedikit kami pun mencari WARTEG untuk mengisi perut yg lapar, dan alhamdulillah ada seorang ibu yg baik, kami diperbolehkan makan dengan biaya 3.000 perorangnya.
itu juga setelah Malki & Anwar cerita sama si ibu yg punya warung nasi kalau kami kehabisan uang.
Bu.. semoga Allah membalas semua kebaikan ibu tehadap kami semua.. Amin..
Kami kembali ke statisun Prujakan, Ery masih berpikir untuk mencari no telpon temannya yg ada di Cirebon. Henpon Ery, Malki, Alfian, & Anwar sudah lowbatt semua, tapi henpon gw masih ada cukup batterainya untuk menelpon ataupun sms.
Ery pun meminjam henpon gw untuk menghubungi temannya dengan tujuan temannya dapat meminjamkan uang agar kami bisa pulang dengan naik kereta yg berangkat jam 5 sore.
Dan alhamdulillah... ada satu orang baik lagi yg menolong kami, temannya Ery yg bernama Andri pun datang ke stasiun Prujakan untuk mengantarkan subsidi kepada kami semua.. hehehehe..
Namun, di stasiun Prujakan kereta Cirebon Ekspres tidak berhenti untuk menaikkan penumpangnya, kami pun harus kembali lagi ke stasiun Cirebon. Sesampainya disana, kami langsung menuju loket pembelian tiket kereta Cirebon Ekspres dengan tujuan stasiun Gambir Jakarta.
Tidak lama kemudian kereta pun datang, tapi baru berangkat kurang/lebih jam 17:30. Tapi tak apalah, daripada kami harus menunggu 9 jam di stasiun Prujakan untuk meunggu kereta kelas ekonomi datang.
Dalam perjalanan semuanya tidur pulas.. meskipun perut sudah mulai lapar.. hehehehe
Selasa 29 september 2009, jam 10 malam. Akhirnya kami sampai di stasiun Gambir, tak lama kemudian henpon gw berdering, ternyata Thea yg menelpon, tak basa-basi kami pun langsung meminta kami untuk mejemput kami di stasiun Gambir, karena kami sudha kehabisan uang untuk bisa sampai Tangerang. Untung aja Thea menelpon disaat yg sangat tepat, dan akhirnya kami pun bisa pulang ke rumah masing-masing.
Ada tawa, ada canda, dan ada duka dalam perjalanan yg kami tempuh, semuanya begitu berwarna.
Ada pengalaman & hikmah yg bisa gw ambil dari perjalanan gw bersama Ery Firman Sanjaya, Malki Jaehanto, Alfian Ali, & Anwar Ilmar.
Gw bener-bener mendapatkan pengalaman yg sangat amat berharga dalam perjalanan tersebut, gw harus bisa menghargai uang, karena mencari uang tidak mudah dibutuhkan usaha & pikiran, tapi untuk menghamburkannya sangat mudah. Uang Rp. 3.000 untuk orang-orang kaya mungkin tidak ada harganya, tetapi uang sebesar itu bisa melanjutkan hidup bagi orang-orang yg kurang mampu, bisa untuk membeli makanan yg bisa menyambung hidup.
Dalam perjalanan yg gw jalani ini hikmah yg bisa gw ambil bukan hanya uang yg berharga dan kita harus bisa menghargai uang, tapi ada yg lebih berharga dari hanya sekedar uang, yaitu PERSAHABATAN dan KEKELUARGAAN. Dimana semua hal itu tidak bisa dibeli dengan uang, dan pengalaman ini gak akan bisa gw lupakan.
Terima kasih para sahabat, udah mau bersusah payah bersama, & menggembel bersama, gw bener-bener ngerasa'in bagaimana jadi orang susah, dimana kita memang gak boleh nyerah pada keadaan
( Tentang Teman'Q Yang Selalu Belajar Dalam Dunia Fhotograpy-nya. Terima Kasih "Adit/Chodot UIEU Ekonom 06". DO THE BEST BROTHA )
Post a Comment